Apa Kabar Surakarta – Kota Surakarta kembali menunjukkan komitmennya sebagai kota ramah inklusi dengan menggelar Indonesian Disability Arts & Culture (INDAct) 2025, Jumat (21/11/2025). Festival ini menjadi yang pertama di Indonesia yang secara khusus menghadirkan karya seni para penyandang disabilitas dari berbagai daerah.

Kegiatan yang digagas Pemerintah Kota Surakarta ini menghadirkan pertunjukan musik, tari, teater, hingga pameran karya rupa, semuanya dipersembahkan oleh seniman disabilitas. Festival ini juga disambut antusias oleh masyarakat, komunitas seni, serta organisasi penyandang disabilitas.
Ruang Kreatif untuk Semua Kalangan
Wakil Wali Kota Surakarta, Astrid Widayani, dalam sambutannya menegaskan bahwa penyelenggaraan INDAct merupakan bukti nyata keberpihakan pemerintah terhadap komunitas disabilitas. Ia menekankan pentingnya menyediakan ruang berekspresi yang setara bagi semua warga, tanpa kecuali.
“Festival ini adalah langkah konkrit untuk membuka ruang kreatif bagi seluruh masyarakat. Solo ingin memastikan setiap warga, termasuk penyandang disabilitas, memiliki kesempatan yang sama dalam menampilkan potensi dan kreativitas mereka,” ujar Astrid.
Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah terus memperluas kolaborasi dengan komunitas dan pelaku seni inklusi untuk memastikan festival ini tidak hanya menjadi agenda tahunan, tetapi juga gerakan yang berkelanjutan.
Baca Juga : Memupuk Asa Dibalik Redupnya Tari Topeng Tegal
Aksi Kolaboratif dan Pertunjukan Menginspirasi
INDAct 2025 menampilkan berbagai pertunjukan yang melibatkan penyandang disabilitas netra, tuli, difabel rungu-wicara, hingga difabel fisik. Sejumlah komunitas seni dari Surakarta, Yogyakarta, Semarang, dan beberapa kota besar lainnya turut berpartisipasi.
Beberapa karya yang ditampilkan mendapat perhatian khusus, seperti pertunjukan teater bisu yang mengangkat tema ketahanan hidup, serta orkestra inklusi yang memadukan instrumen konvensional dengan alat musik adaptif.
Selain pertunjukan, festival juga menghadirkan lokakarya inklusi seni, diskusi panel mengenai kebijakan kebudayaan inklusif, serta pameran produk kreatif hasil karya komunitas disabilitas.
Diharapkan Jadi Agenda Nasional
Penyelenggara berharap INDAct dapat menjadi titik awal bagi lebih banyak kota di Indonesia untuk mengembangkan festival inklusi serupa. Dengan besarnya antusiasme peserta dan pengunjung, festival ini dinilai memiliki potensi berkembang menjadi agenda berskala nasional bahkan internasional.
“Kami ingin Solo menjadi pelopor kota seni inklusi di Indonesia. Festival ini bukan sekadar perayaan seni, tetapi gerakan besar membuka akses kesetaraan,” tambah Astrid.
INDAct 2025 ditutup dengan penampilan kolaborasi seniman non-disabilitas dan disabilitas sebagai simbol persatuan. Serta penghapusan batas dalam dunia seni dan budaya.






