Apa Kabar Surakarta — Wafatnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII pada Minggu (2/11/2025) memicu polemik suksesi di lingkungan Keraton Surakarta Hadiningrat. Pasalnya, dua pihak sama-sama mengklaim sebagai penerus sah takhta kerajaan, sehingga memunculkan dualisme kepemimpinan di Keraton Solo.

Putra tertua mendiang Pakubuwono XIII, KGPH Mangkubumi, dinobatkan sebagai Pakubuwono XIV Mangkubumi. Namun, penobatan tersebut muncul sepekan setelah putra mahkota KGPAA Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram lebih dulu menobatkan diri sebagai Pakubuwono XIV Purbaya.
Situasi ini pun menuai perhatian berbagai pihak, termasuk kalangan budayawan dan tokoh nasional.
Fadli Zon Minta Suksesi Diselesaikan Secara Adat
Anggota DPR RI sekaligus pemerhati budaya, Fadli Zon, turut angkat bicara terkait konflik internal Keraton Surakarta tersebut. Ia menegaskan bahwa persoalan suksesi di lingkungan keraton seharusnya diselesaikan melalui mekanisme adat, tradisi, dan sejarah yang berlaku, bukan melalui konflik terbuka.
“Keraton adalah simbol kebudayaan yang harus dijaga marwah dan keluhurannya. Proses suksesi sebaiknya ditempuh melalui jalur adat dan musyawarah keluarga besar keraton, bukan melalui klaim sepihak,” ujar Fadli Zon dalam keterangannya di Jakarta.
Ia juga mengingatkan agar polemik ini tidak menyeret keraton ke dalam konflik berkepanjangan yang justru berpotensi merusak nilai-nilai budaya yang selama ini dijaga.
Baca Juga : Misteri Penerus Takhta Keraton Kasunanan Solo
Jangan Korbankan Marwah Budaya
Fadli menilai, Keraton Surakarta memiliki posisi strategis sebagai pusat kebudayaan Jawa yang selama ini menjadi rujukan nasional bahkan internasional. Karena itu, ia meminta agar semua pihak menahan diri.
“Keraton bukan sekadar simbol sejarah, tetapi juga pusat peradaban dan kebudayaan. Jangan sampai perselisihan kekuasaan justru merusak tatanan yang sudah dijaga turun-temurun,” tegasnya.
Menurutnya, konflik terbuka antarpewaris juga berpotensi membingungkan masyarakat, khususnya abdi dalem dan para pelaku budaya yang berada di bawah naungan Keraton Surakarta.
Mekanisme Internal Jadi Kunci
Fadli Zon menyarankan agar penyelesaian konflik dilakukan melalui mekanisme internal keluarga keraton dengan melibatkan sesepuh, tokoh adat, serta pihak-pihak yang memahami sejarah dan paugeran (aturan) keraton.
Ia juga menekankan pentingnya peran negara untuk tetap bersikap netral dan tidak mencampuri urusan internal keraton secara berlebihan.
“Negara harus menghormati kekhususan keraton sebagai entitas budaya. Yang terpenting adalah menjaga stabilitas dan keberlanjutan tradisi,” katanya.
Masyarakat Diminta Tetap Tenang
Di tengah dualisme kepemimpinan ini, masyarakat Solo dan sekitarnya diimbau untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh berbagai klaim yang berkembang di ruang publik. Pemerhati budaya menilai, penyelesaian damai adalah jalan terbaik demi menjaga keharmonisan dan keutuhan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Polemik dua Pakubuwono XIV ini kini menjadi perhatian nasional. Sekaligus ujian penting bagi keberlangsungan tradisi suksesi kerajaan di tengah dinamika zaman modern.






